Minggu, 28 Januari 2018

Pernahkah Anda Bertengkar Gara-Gara Uang?


”JANGAN sekali-kali lupa bahwa perkawinan lebih penting dari pada uang.” Nasihat yang diberikan oleh sepasang suami istri ini menyangkut masalah yang meluas.
Dalam dunia dewasa ini, uang tak dapat dikesampingkan. Maka bisa dimengerti mengapa pria yang menganggur atau yang gaji bersihnya tidak lagi memadai gampang tersinggung menghadapi masalah ini. Sang istri dihadapkan dengan harga-harga yang membubung setiap kali ia pergi belanja. Karena sulitnya untuk berhemat, pertengkaran mengenai uang seakan-akan tak terhindarkan.
Tapi jika memang pengangguran dan inflasi yang menjadi penyebab pertengkaran-pertengkaran ini, mengapakah justru ada orang kaya—yang tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor-faktor ini—sering bertengkar mengenai uang? Mungkinkah ada penyebab lain yang lebih menentukan?
Akar-Sebab Masalahnya
Seringkali Alkitab disalah-kutip seolah-olah ia mengatakan: ”Akar segala kejahatan ialah uang.” Tapi bacalah ayat di 1 Timotius 6:10 dalam Alkitab anda sendiri dan perhatikan apa yang sebenarnya ia katakan: ”Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
”Uang” tidak sama dengan ”cinta uang.” Uang itu sendiri tidak jahat. Yang jahat ialah mengembangkan cinta akan uang. Bukan uang, melainkan ”cinta uang” yang bisa mendorong seseorang berbuat kejahatan.
Ingatlah berbagai macam kejahatan yang bermula dari ketamakan manusia dan cinta uang yang luar biasa: pencurian, pemerasan, ya, bahkan pembunuhan! Tapi kini perhatian kita diarahkan pada hubungan suami istri. Dapatkah pandangan yang salah terhadap uang menimbulkan masalah perkawinan?
Perhatikanlah pengalaman pengantin baru di Jerman yang memulai perkawinan mereka dengan uang yang sangat sedikit. Sementara sang suami menyelesaikan latihan pekerjaannya, istrinya terpaksa bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Setelah tamat, pria muda ini memulai usahanya sendiri, yang pada mulanya hanya memberi sedikit penghasilan. Kekurangan uang ini sering menimbulkan pertengkaran, kadang-kadang agak panas juga.
Tetapi lama-kelamaan, pria ini mendirikan usaha yang sangat berhasil. Uang—paling tidak dalam hal kekurangan uang—bukan masalah lagi. Suami istri ini telah memiliki segala yang mereka butuhkan, ya, bahkan lebih dari itu. Rumah yang manis, beberapa mobil, perjalanan-perjalanan libur yang lebih lama. Tapi apakah pertengkaran mengenai uang telah berhenti? Pertengkaran yang dulu mengenai bagaimana caranya hidup dengan sedikit uang kini telah menjadi pertengkaran mengenai apa yang harus diperbuat dengan begitu banyak uang.
”Cinta uang” pun berkembang. Praktek-praktek dagang yang meragukan mengakibatkan perasaan hati yang buruk, yang selanjutnya menciptakan ketegangan antara mereka dan kaum keluarga serta teman-teman. Lebih buruk lagi, usaha mencari uang yang berlebih-lebihan ini mulai merusak perkawinan mereka. Hasilnya? perceraian, dan rumah tangga yang berantakan bagi anak-anak. Apakah uang sebegitu pentingnya sehingga ”cinta uang” harus dibiarkan merusak kebahagiaan kita?
Dalam beberapa rumah tangga, bila hanya sang suami yang mencari nafkah, mungkin ia menggunakan uang sebagai senjata untuk memojokkan istrinya. Dengan sengaja ia memberikan uang yang jumlahnya tidak memadai. Akibatnya sang istri sangat tergantung padanya. dipaksa untuk merasa diri hina karena harus mengemis terus-menerus agar diberi uang untuk membeli makanan dan pakaian yang pantas bagi keluarga. Dapat dimengerti bahwa sang istri akan kebingungan, sehingga pertengkaran sengit bisa meledak.
Kadang-kadang istri lebih patut dipersalahkan. Barangkali ia ikut cari nafkah, bukan karena membutuhkan uang, tapi karena ingin menikmati kebebasan dengan ”punya uang sendiri.” Sikapnya yang ingin bebas dalam hal keuangan bisa mendorongnya untuk mengembangkan semangat ingin bebas yang besar dalam hal-hal lain. Ini tak bisa tidak akan menghasilkan pertengkaran-pertengkaran rumah tangga.
Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah pertengkaran keluarga sedemikian karena soal uang?
”Perlindungan Uang”
Alkitab menegaskan pandangan yang seimbang mengenai uang yang dapat menghasilkan banyak manfaat demi kebahagiaan perkawinan: ”Karena perlindungan hikmat adalah seperti perlindungan uang. Dan beruntunglah yang mengetahui bahwa hikmat memelihara hidup pemilik-pemiliknya.”
Uang dapat memberikan ”perlindungan” dalam banyak hal. Ia dapat membayar sewa rumah, membeli makanan, dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan lain setiap hari. Ia juga dapat digunakan untuk melayani orang-orang lain, sehingga ’melindungi’ persahabatan. Dalam lingkungan keluarga uang dapat membiayai perjalanan-perjalanan liburan atau membayar ”ekstra-ekstra kecil”—misalnya hadiah-hadiah yang tak diduga—yang begitu mampu mempererat hubungan antara sesama. Dalam semuanya ini, dan banyak lagi yang lain, uang dapat melindungi perkawinan.
Biasanya, sesuatu yang pantas dilindungi lebih penting daripada hal-hal yang digunakan untuk melindunginya. Misalnya, tubuh manusia lebih penting dari pada pakaian yang dikenakan untuk melindunginya terhadap hujan, angin, panas, dan lain-lain. Kesehatan lebih penting dari pada obat yang diberikan oleh dokter untuk melindunginya terhadap penyakit. Begitu pula, perkawinan yang bahagia jauh lebih penting dari pada uang yang digunakan untuk melindunginya.
Dengan menyadari hal ini, yakni bahwa uang hanya suatu ”perlindungan,” kita dibantu untuk selalu mengingat hal-hal yang lebih penting, hal-hal yang tak dapat anda beli dengan uang: teman hidup yang setia, sahabat yang loyal, kesehatan rohani dan jasmani, kedamaian pikiran! Tak satu pun dari hal-hal ini yang dapat dibeli dengan uang.
”Hikmat” pun, dapat menjadi suatu ”perlindungan.” Ia dapat melindungi kita terhadap harapan yang berlebih-lebihan mengenai apa yang dapat dihasilkan oleh uang. Nilai uang terbatas. Ia dapat dan memang sering, meninggalkan kita justru pada saat-saat kita sangat membutuhkannya. Tetapi hikmat sejati tak pernah berbuat demikian. Ia dapat membimbing kita melalui segala macam kesukaran, dengan benar-benar menjaga kehidupan kita, dan bahkan membantu kita mendapat perkenan Allah serta kesempatan untuk hidup kekal.
Bagaimana Menghindari Pertengkaran Mengenai Uang
Untuk menghindari pertengkaran mengenai uang tidak berarti anda tidak akan pernah membicarakan soal uang atau cara bagaimana mestinya uang itu dibelanjakan. Kurangnya komunikasi sering menjadi penyebab pertengkaran. Berunding selalu bermanfaat, sebab hal itu mempererat hubungan suami istri; sedangkan pertengkaran tidak, malahan menjauhkan keduanya. Berunding itu bersifat pengasih, pertengkaran tidak. Pertengkaran menghasilkan kata-kata yang tak pantas, yang sulit diabaikan dan bahkan lebih sulit dilupakan. Akibatnya tak lain dari hubungan yang makin renggang dan dengan mudah dapat berakhir pada perpisahan atau perceraian.
Dalam perkawinan terdapat prinsip sama-sama ambil bagian, bukan? Filsafat ”ini-saya-punya-dan-itu-kau-punya” biasanya tidak menghasilkan perkawinan yang bahagia. Alangkah jauh lebih baik bila suami istri sama-sama menyusun anggaran dengan mendaftarkan pengeluaran-pengeluaran yang lebih penting dan saling sepakat mengenai cara mengeluarkan uang mereka. Dalam perundingan-perundingan berkala dapat dipertimbangkan harga-harga yang meningkat dan kebutuhan-kebutuhan keluarga pada saat itu. Dengan belajar saling mempercayai, dengan menerapkan akal-sehat, dan dengan mengalahkan sikap angkuh, suami istri dapat berbuat banyak untuk menghindari pertengkaran mengenai uang.
Tahu merasa puas merupakan rahasia kebahagiaan. Di Ibrani 13:5, Alkitab menasihatkan: ”Jangan kamu menjadi hamba uang [Lepaskanlah dirimu dari pada kasih akan uang, Bode] dan cukupkanlah dirimu [merasa puaslah] dengan apa yang ada padamu.”
Kebanyakan dari kita tak dapat memiliki segala sesuatu yang kita inginkan, tapi semua kita dapat belajar menghargai hal-hal yang kita miliki. Janganlah perkembangkan rasa tidak puas dengan memupuk keinginan akan hal-hal yang berada di luar jangkauan keuangan. Terlalu banyak membeli dengan kredit tidak akan membantu anda menabung uang maupun untuk hidup dalam batas kemampuan keuangan anda, tetapi justru dapat memulai pertengkaran kotor mengenai uang. Suami istri yang tahu merasa puas memiliki banyak kebahagiaan. Jarang mereka tergoda untuk bertengkar mengenai uang. Yang penting justru bukan itu!

Jika nilai uang dibesar-besarkan dan cinta terhadapnya dikembangkan, orang menjadi budaknya, dan mengalami banyak dukacita. Taruhlah uang pada tempatnya yang sepatutnya, tak lebih dari pada ”perlindungan,” jadikanlah ia budak anda, maka anda akan mengalami rasa puas dan kebahagiaan yang lebih besar! Ingat, ”perkawinan lebih penting dari pada uang.”
loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar