Senin, 29 Januari 2018

Kendalikan Televisi Sebelum Ia Mengendalikan Anda



TELEVISI memiliki potensi yang mengejutkan. Pada waktu industri TV Amerika membujuk bangsa-bangsa yang sedang berkembang untuk menerima TV, ia mengajukan gambaran-gambaran keadaan ideal (Utopia) dari TV. Seluruh negeri akan diubah menjadi sebuah kelas, daerah yang paling terpencil sekalipun akan dapat mendengarkan program-program pendidikan mengenai pokok-pokok penting seperti teknik bertani, pelestarian tanah, dan keluarga berencana. Anak-anak dapat belajar fisika dan kimia dan mengambil manfaat dari pertukaran kebudayaan yang meluas.
Tentu saja, gambaran-gambaran itu sebagian besar lenyap dengan munculnya televisi komersial—namun tidak semuanya. Bahkan Newton Minow, ketua Komisi Komunikasi Federal (A.S.) yang memberi televisi julukan ”tanah gersang yang luas”. mengakui dalam pidato yang sama pada tahun 1961 bahwa TV telah menghasilkan banyak hal yang bermanfaat dan hiburan yang menyenangkan.
Tentu halnya tetap demikian dewasa ini. Laporan berita TV membawa informasi bagi kita mengenai kejadian-kejadian dunia. Program-program TV mengenai alam memberikan kilas pandang akan hal-hal yang kita mungkin tidak pernah akan lihat, keluwesan dari burung kolibri difilmkan dengan gerakan lambat, seolah-olah ia berenang di udara; atau tarian yang unik dari sekelompok bunga dalam fotografi time-lapse (selang waktu), yang mencuat dari dalam tanah dengan warna-warni yang meriah. Kemudian ada kegiatan budaya, seperti balet, simfoni, dan opera. Dan ada drama-sandiwara, film, dan program-program lainnya—ada yang bagus dan penuh pengetahuan, yang lain hanya menghibur.
Ada program pendidikan untuk anak-anak. Institut Kesehatan Mental Nasional di A.S. melaporkan bahwa anak-anak dapat belajar menjadi agresif dari kekerasan di TV, mereka juga dapat belajar menjadi altruistik, ramah, dan mengendalikan diri dari teladan-teladan di TV. Program mengenai cara bertindak dalam keadaan darurat bahkan telah menyelamatkan kehidupan anak-anak. Maka, Vance Packard menulis dalam Our Endangered Children (Anak-Anak Kita yang Terancam Bahaya), ”Orang-tua yang merasa muak dan terancam yang menyimpan pesawat TV mereka di gudang mungkin bertindak secara berlebihan, kecuali mereka menghadapi situasi tidak dapat dikendalikan dengan anak-anak mereka.”
Memegang Kendali
Jelas, bila kita membicarakan orang-orang dewasa atau anak-anak, kuncinya adalah pengendalian. Apakah kita mengendalikan TV, atau TV mengendalikan kita? Sebagaimana Bapak Packard mengusulkan, bagi orang-orang tertentu cara satu-satunya untuk mengendalikan TV adalah dengan menyingkirkan benda itu. Namun banyak orang lain telah menemukan cara-cara untuk mengendalikan TV seraya mengambil manfaat dari kegunaannya. Berikut ini beberapa saran.
• Selama satu atau dua minggu, buatlah catatan yang saksama mengenai waktu yang digunakan keluarga Anda untuk menonton TV. Jumlahkan jam-jam itu dan tanyakanlah kepada diri sendiri apakah pantas jumlah waktu itu digunakan untuk TV.
• Tontonlah program TV—bukan hanya menonton TV. Periksa daftar program TV dan lihat jika ada yang pantas ditonton.
• Sisihkan dan tetapkan waktu-waktu tertentu untuk percakapan keluarga dan waktu berkumpul.
• Beberapa pakar mengingatkan untuk tidak membiarkan anak-anak atau anak remaja mempunyai pesawat TV di kamar tidur mereka. Akan lebih sulit bagi orang-tua mengawasi apa yang ditonton anak-anak mereka.
• Sebuah video (VCR), jika Anda sanggup membelinya, dapat membantu. Dengan menyewa video kaset yang bagus atau dengan merekam program-program yang bermutu dan menontonnya pada waktu yang cocok, Anda dapat menggunakan video untuk mengendalikan apa yang ditayangkan TV Anda—dan apabila TV Anda dinyalakan. Namun, waspadalah. Jika tidak terkendali, video mungkin akan menambah waktu yang digunakan di depan pesawat atau membuka jalan untuk program yang amoral di kaset video.
Siapa Guru Anda?
Seorang manusia sesungguhnya adalah sebuah mesin belajar. Indera kita selalu menyerap informasi, mengirimkan kepada otak kita sebanyak 100.000.000 bit data setiap detik. Sampai tingkat tertentu kita dapat mengendalikan isi dari aliran itu dengan menentukan apa yang boleh mengisi indera kita. Sebagaimana cerita di TV dengan jelas menggambarkan, pikiran dan semangat manusia dapat terpolusi oleh bahan tontonan, semudah tubuh terpolusi oleh apa yang kita makan atau minum.
Bagaimana kita akan belajar tentang dunia di sekitar kita? Sumber-sumber informasi apa yang akan kita pilih? Siapa atau apa yang akan menjadi guru kita? Kata-kata Pepatah kuno ini memuat buah pikiran yang menyadarkan hal ini, ”Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang terlatih dengan baik akan sama seperti gurunya.” Jika kita menggunakan waktu terlalu banyak dengan televisi sebagai guru kita, kita akan mulai menirunya—mendukung norma-norma dan standar-standar yang disajikannya. Sebagaimana Pepatah mengatakan, ”Siapa yang bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”
Sekalipun TV tidak membawa pribadi-pribadi yang bodoh dan amoral ke dalam rumah kita, ia tetap mengabaikan sesuatu yang sangat penting. Sedikit sekali dari apa yang muncul di TV mulai menunjuk kepada suatu kebutuhan yang umum bagi setiap manusia, kebutuhan rohani. TV mungkin sangat bagus dalam mempertunjukkan keadaan kacau yang menyedihkan dalam dunia, namun apa yang ia katakan mengenai alasan manusia tidak dapat memerintah dirinya sendiri? Mungkin TV berhasil menggambarkan keindahan ciptaan, namun apa yang dilakukannya untuk mendekatkan kita kepada Pencipta kita? TV mungkin membawa kita ke empat penjuru bumi, namun dapatkah ia menceritakan kepada kita bahwa manusia akan tinggal di atasnya dalam keadaan damai?

Tidak ada ”jendela untuk melihat dunia” yang lengkap tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan rohani yang sedemikian penting. Namun, jika kita tidak mengendalikan TV, di mana kita akan menemukan waktunya?
loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar